Copyright © Pendidikan Islam
Design by Dzignine
Minggu, 16 Juni 2013

Sejarah Pendidikan Islam Ibnu Sina

Tugas Individu

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
IBNU SINA





Di Susun Oleh :

Umi Mahmudah
NPM. 1111010118


Dosen Pembimbing:
Dr. Jamal Fakhri, M. Ag









FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2011/2012



BAB I
PENDAHULUAN

Falsafat sebagai pandangan hidup erat kaitannya dengan nilai tentang sesuatu dianggap benar. Jika filsafat itu dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka mereka berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan yang nyata. Disini filsafat sebagai pandangan hidup dipungsikan sebagai tolak ukur bagi nilai-nilai tentang kebeneran yang harus dicapai.
Untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan demikian suatu filsafat bagi masyarakat dengan demikian suatu filsafat bagi masyarakat berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang dicancang.

Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Salah satu filsuf Afsyana yang terkenal adalah Ibnu Sina. Adapun pemikiran Ibnu Sina yang banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut pemikirannya tentang filsafat jiwa, yang selanjutnya akan dibahas rinci didalam makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Ibnu Sina
Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah atau biasa dikenal dengan nama Ibnu sina lahir dalam masa kekacauan, ketika Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan Khalifah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khalifah Abbasiyah dikuasai oleh golongan Banu Buwain pada tahun 334H. Dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447H. Diantara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah daulat Semani di Bukhara dan diantara khalifahnya ialah Nuh bin Mansyur. Pada masanya yaitu tahun 340H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, ibnu sina dilahirkan dan dibesarkan. Di kota Bukhara dia menghafal Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika, dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Sebelum berumur 16 tahun, ia sudah mahir dalam ilmu kedokteran, sampai-sampai banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak hanya menguasai teori-teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek mengobati orang-orang sakit. Ia tidak pernah bosan membaca buku-buku filsafat. Dan  setiap kali menghadapi kesulitan, ia langsung memohon pada Tuhan untuk diberi petunjuk. Ternyata permohonannyaitu tidak pernah dikecewakan.sering-sering ia tertidur karena kepayahan membaca.
Ketika ia mencapai usia 17 tahun, Nuh bin Mansyur, penguasa daerah Bukhara, menderita sakit keras yangtidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masanya. Akan tetapi, setelah Ibnu Sina mengobatinya, sembuhlah dia. Sejak itu Ibnu Sina mendapat sambutan yang baik sekali. Sejak itu pula ia mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku-buku yang sukar didapat yang kemudian dibacanya denngan penuh keasyikan. Karena suatu hal, perpustakaan itu terbakar. Maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja membakarnya agar orang lain tidak bias lagi mengambil manfaat perpustakaan itu.
Pada usia 22 tahun ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Kemudian ia meninggalakan Bukhara menuju Jurjan suatu kota dekat Laut Kaspia dan disanalah ia mulai menulis ensiklopediannya tentang ilmu kedokteran (Al-Qanun Fi al-Tibb) tetapi ia tidak lama tinggal di sana karenakekacauan politik. Sesudah itu ia berpindah-pindah dari satu negri ke negri lain dan akhirnya sampai di Hamadsan. Oleh penguasa negeri ini Syamsuddaulah, ia diangkat menjadi menterinyabeberapa kali setelah ia dapat mengobati penyakit yang dideritanya, meskipun pada masa tersebut ia pernah pula dipenjarakan. Sesudah itu ia pergi ke Isfaha dan dari penguasa negeri ini ia mendapat sambutan baik serta berkali-kali diajak bepergian dan berperang.
Selama hidupnya Ibnu Sina penuh dengan bekerja dan mengarang, penuh pula dengan kesenangan dan kesulitan dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penykit dingin (cooling) yang tidak dapat diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M) ia meninggal dunia di Hamadzan dalam usia 58 tahun.

B.     Riwayat Pendidikan Ibnu Sina
Nama lengakpnya adalah Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah. Panggilan Sina di ambilkan dari tanah kelahirannya, yaituAfs hana. Ibn Sina seorang intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia dilahirkan pada tahun 370 H. bertepatan dengan tahun 980., diAfs hana, yaitu suatu daerah yang terdapat di dekat Bukhara, dikawasan asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balk, suatu kota yang termasyhur dikalangan orang-orang Yunani, dengan nama Bakhtra yang mengadung arti cemerlang.
Ibnu Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhara. Ilmu yang pertama kali ia pelajari adalah membaca al-Quran. Setelah itu melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti Tafsir, Fiqih, Ushuluddin dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal al-Quran dan menguasai berbagai Ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun. Sejarah mencatat sejumlah guru yang pernah mendidik Ibn Sina. Di antaranya Mahmud al-Massah yang
dikenal sebagai ahli matematika dan menganjur ajaran Isma’iliah dari India. Kemudian terdapat pula nama Abu Muhammad Ismail Bin al-Husyaini yang dikenal sebagai az-Zahid dan termasur sebagai ahli fiqih bermadzhab Hanafi di Bukhara pada saat itu. Selanjutnya ia belajar ilmu kedokteran dengan cara
otodidak, hingga ia menjadi seorang dokter yang termasyhur di zamannya. Hal ini didukung oleh kesungguhannya melakukan penelitian dan praktek pengobatan.
.
C.    Karya Ibnu Sina
a.      Al-Qanun fi al-Tibb. Buku ini terdiri dari tiga jilid pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang  Al-Qanun fi al-Tibb. Buku ini terdiri dari tiga jilid pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang 1  lima Abad. Buku berisi tentang cara-cara pengobatan berbagai penyakit  yang disebabkan oleh air dan tanah.
b.     An-Najah As-syifa’ buku ini berisi tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya dan keterangannya sangat luas cakupannya, maka banyak bermuncukan nama terjemah yang dilakukan para ahli terhadap karya Ibn Sina dalaam bidang filsafat ini.
c.      Fi Aqsam al-‘Ulum al-‘Aqliyah buku ini membahas tentang masalah fisika

D.    Filsafat Jiwa
1.     Kejiwaan dalam Qur’an dan Hadis
Islam sebagai agama yang dating untuk membangun jia dari tidurnya serta membersihkannya pula, tidak mungkin akan meremehkan jiwa dan mengingkarinya. Kalau kita teliti qur’an dab hadis sebagai sunber agama islam, terlihat oleh kita bahwa kedua sumber itu berkali-kali menyinggung soal jiwa.
Dalam qur’an disebutkan bahwa jiwa atau roh menjadi sumber hidup dan diambil dari tuhan (Ash-Shad : 71-72)
Tuhan terhadap makluk-Nya. Oleh karena itu, apabila manusia tidak bis mengetahui hakikatnya, tidaknlah perlu mengherankan keinginan-keinginan jiwa, di samping memuji “jiwa penegur” yang tidak sukakepada perbuatan-perbuatan rendahkemudian quran menyebutkan bahwa jiwa manusia bertingkat-tingkat. Yang tertinggi di antaranya ialah “jiwa yang tenang”, dan tempat kembali semua jiwa adalah tuhan (Az-zumar : 42)
Dalam hadis juga ada yang menyebutnyebut asal atau sumber wujud badan antara lain “roh-roh itu bagaikan tentara yang banyak, yang saling berkenalan dan bergabung, dan yang tidak saling mengenal dab sesudah mati antara lain sikapnya terhadap pertanyaan dua malaikat dan adanya siksa atau pahala kubur yang dirasakanya, saling berunjung oleh roh-roh yang telah meninggal, dan kesenagan yang diperolehnya ketika dikunjungi (kuburnya) oleh orang yang msih hidup.
Kalau ayat qur’an dan hadis pada masa pertama islam diartikan menurut lahirnya, maka tidak lama kemudian ayat-ayat itu telah membuka pintu perebatan dn pembahasan yang banyak terutama sesudah pikiran-pikiran luar islam masuk kedalam ajaran-ajaran islam.

2.     Kejiwaan dalam pandangan tokoh-tokoh Yunani
Filsuf-filsuf Yunani yang telah membicarakan tentang jiwa yang menyebabkan timbulnya bermacam-macam aliran dan pendapat.
·        Golongan materialime mengatakan bahwa jiwa tidk lain hanya jiw (badan), dan tidak ada sifat-sifat khusunya padanya.
·        Golongan spiritualisme menganggap bahwa jiwa tidak berasal dari alam kebendaan tetapi dari alam ketuhanan dan mempunyai kekuatan ketuhannan-rohani yang turun kebawah dan dari alam yang tinggi.
·        Ada yang berpendapat tengah-tengah dan menganggap jiwa sebagai campuran antara badan dengan roh, atau terhadap yang panas sperti yang dikatakan oleh kaum Stoa, tau jia itu gambaran badan seperti pendapat Aristoteles dang pengikut-pengikutnya.

3.     Kejiwaan Pada Ulama-Ulama Kalam
Golongan teologi islam dan orang-orang sufi bisa dianggap sebagai orang yang pertama-tama memprluas tentang pembahsan jiwa meskipun kadang-kadang terdapat keganjilan-keganjilan dan perlawanan did lamnya. Mereka berusaha untuk menguraikan hakikat jiwa serta macam-macamnya dan menetapkan kebaruan serta kemakhlukanya sebelum berpisah dari badan.
Abil Huzi Al-Allaf Pembina teori dalam islam, mengatakan bahwa jiwa menjadi ardl bacaan, sedangkan ardl  pernah tinggal dalam dua aman. Jadi diroh manusia terus menerus dan berganti keadaan berubah jiwa.

4.     Kejiwaan pada Golongan Tasawuf
Golongan tasawuf dengan tegas mengatakan bahwa adanya kerohanian jiwa dan keabadiannya., sebab menurut mereka, jiwa itu jauhar (benda rohani) yang diambil dari Tuhan. Dan salah satu gambaran-Nya ada pada makhluk-Nya,serta cahaya-Nya pada hamba-hamaba-Nya. Karena jiwa berasal dari alam atas, maka ia slemanya ingin pulang ke tempat asalnya, tempat kebersihan dan kesucian semat-mata, akan tetapi kepulnagn ini tidak bisa terjadin karena terhalang oleh keburukan dan kotoran-kotoran badan..
Golongan tasawuf  mempunyai pengalaman-pengalam yang dapat membuka bebrapa segi jiwaan, sperti rindu, cinta, kesenangan, dan kesedihan. Pembahsan-pembahsan mereka tentang ahwal (status keadaan) dan maqamat (kedudukan) sangat erat hubunganya dengan ilmu jiwa sentiment atau “ilmu tentang hati” (ilmu al-qulub). Bahkan diantara pembahsan-pemnbahasan itu ada yang telah mendahului dan lebih maju dari pada pembahsan modern, sedangkan alat mereka hanyalah “perenungan” semata-mata pengakuan adanya jiwa merupakan suatu keharusan segi tasawuf, dan tidak aka nada artinya dan hasilnya tanpa mengakui kerohanian dan keabadiannya.

5.     Kejiwaan pada Ibnu Sina
Ibnu sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kewijaan ataupun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat.
Memang tidak sukar untuk mencari unsur-unsur pikiran yang membentuk teorinya tentang jiwa, seperti fikiran Aristoteles, galius, atau Plotinus, terutama fikiran-fikiran Aristoteles yang banyak dijadikan sumber berfikiranya. Namun, hal itu tidak berate bahwaibnu sina tidak mempunyai kepribadian sendiri yang berbeda dengan fikiran-pikiran sebelumnya, baik dalam segi peembahsan fisika maupun segi metafisika. Dalam segi fisika, ia banyak memakai metode eksperimen dan banyak terpengaruh oleh pembahsan lapangan kedokteran. Dalam segi metafisika tedapat kedalaman dan pembaharuan yang menyebabkan ia mendekati pendapat filsuf-filsuf modern. Segi metafisiska ini pula yang kebih menonjol dalam pembahsan-pembahasan kejiwaanya.
Pengaruh ibnu sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pikir Arab sejak abad ke-10M sampai akhir abad ke-19 M, maupun pada filsafat skolastik Yahudi dan Masehi terutama pada Gundissalinus, Albert The Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
Lapangan kejiwaan Ibnu sina lebih banyak menarik perhatian pembahsan-pembahasan masa modern dari pada segi-segi filsafatnya, antara lain berupa penerbitan buku-buku karanganya dan kupasan-kupasan tinjauan tehadap pandangan-pandangan Ibnu Sina tentang jiwa.

E.     Falsafah Wahyu dan Nabi
Sebagai dilihat diatas akal, diantaranya dalah akal materil adakalanya tuhan menganugrahkan kepada manusia akal materil yang besar lagi kuat, yang oleh ibnu sina diberi nama al-hadis yaitu intuisi. Daya yang ada pada materil serupa ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui pelatihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan . akal yang serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat pada nabi-nabi.

F.     Falsafah Wujud
Bagi Ibnu sina wujudlah yang terpentin dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri. Esensi, dalam faham ibnu sina terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat diluar akal. Wujud lah yang membuat setiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan diluar akal. Tanpa wujud, esensi tidak besar baginya oleh sebab itu wujud lebih penting dari esensi. Tidak mengherankan bila dikatakan bahwa ibnu sina telah terlebih dahulu menimbulkan filsafah wujudiah atau existentialism dari filosof-filosof lain.



BAB III
KONSEP PENDIDIKAN IBNU SINA


A.    Tujuan pendidikan
Menurut Ibnu Sina bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pembenahan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangannya
yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti dan selain
itu juga harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian
yang implikasinya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan petensi yan
dimilikinya.

B.     Kurikulum

Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat
perkembangan usia anak didik. Untuk usia 3 sampai 5 tahun menurut Ibn Sina
perlu diberikan mata pelajaran oleh raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan
kesenian.

Pelajaran olah raga atau gerak badan tersebut diarahkan untuk membina
kesempurnaan pertumbuhan fisik si anak dan berfungsinya organ tubuh secara
optimal. Sedangkan pelajaran budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak
agar memiliki kebiasaan sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Selanjutnya pendidikan kebersihan diarahkan agar si anak memiliki kebiasaan
mencintai kebersihan dan dengan pendidikan seni suara dan kesenian di arahkan
agar si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai serta meningkatkan
daya khayalnya.
Untuk anak usia 6-14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran
membaca dan menghafal al-Quran, pelajaran agama, pelajaran syair dan olah raga.

Pelajaran membaca dan menghafal al-Quran menurut Ibn Sina berguna di
samping untuk mendukung pelaksanan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat
al-Quran, fiqih, tauhid, akhlak dan pelajaran agama lainnya yang bersumber
utama adalah al-Quran.

Untuk usia 14 ke atas, mereka diberi mata pelajaran yang harus diberikan
kepada anak usia 14 tahun ke atas berbeda dengan mata pelajaran yang harus
diberikan kepada anak usia sebelum 14 tahun. Diantara mata pelajaran yang
tersebut dibagi ke dalam mata pelajaran teoritis dan praktis. Mata pelajaran
tentang teoritis diantaranya ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan,
wujud dan hancur, kedokteran, astrologi, kimia dan fisika. Sedangkan untuk
materi praktis adalah ilmu akhlak yang mengkaji tentang cara-cara pengurusan
tingkahlaku seseorang, ilmu pengurusan rumah tangga, yaitu ilmu yang mengkaji
hubungan antara suami dan istri, anak-anak, pengaturan keuangan dalam
kehidupan rumah tangga.

Dari uraian di atas, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan Ibn
Sina memiliki tiga ciri.Per tam a, konsep kurikulum Ibn Sina tidak hanya terbatas
pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan
penjelasan tentang tujuan dari mata pelajran tersebut, dan kapan mata pelajaran itu
harus diajarkan. Selain itu Ibn Sina juga sangat mempertimbangkan aspek
psikologis, yakni minat dan bakat para siswa dalam mementukan keahlian yang
akan dipilihnya.Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang ditawarkan
Ibn Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis-fungsional,
yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajarai
dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar (Marketing Oriented).
Dengan cara demikian, setiap lulusan pendidikan akan siap difungsikan dalam
berbagai lapangan pekerjaan yang ada di masyarakat.Ketiga, strategi
pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh penglaman
yang terdapat dalam dirinya. Pengalaman pribadinya dalam mempelajrai berbagai ilmu dan keterampilan ia coba tuangkan dalam konsep kurikulum



BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Ibnu Sina lahir di Afsyana, suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara di tahun 980 M.
Ibnu Sina tidak pernah mengalami kemenangan dalam hidupnya, dan usainya pun tidaak panjang. Meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik, ia berhasil pula mengarang buku.
Pemikiran terpenting yang dihasilkan ibnu sina ialah falsafahnya tentang jiwa yang diantaranya :
1.      Kejiwaan dalam Qur’an dan hadis
2.      Kejiawan dalam pandangan tokoh-tokoh yunani
3.      Kejiwaan pada ulama-ulama kalam
4.      Kejiwaan pada golongan tasawuf
5.      Kejiwaan pada Ibnu Sina

Selanjutnya ada pula falsafat lain selain falsafat jiwa, yakni falsafat wahyu dan nabi  dan falsafat wujud.


DATAR  PUSTAKA

Poerwatana, A. Ahmadi, M. Arosali. 1994.Seluk Beluk Filsafat. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Nasuhan, Harun. 1973. Filsafat dan Mesistisme dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang

Jalaluddin. Said, Usman. 1994. Filsafah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

1 komentar:

  1. sya pikir dulu, Ibnu Sina ini asal Arab Saudi. Ga abis pikir kelakuan bangsa arab saudi yg aneh dan malas sampai sekarang, kok bisa melahirkan org seperti Ibnu Sina??... ternyata beliau lahir di Persia Asia Tengah..., artinya kebudayaan Islan dan ilmunya yg luar biasa itu bukan dari Arab saudi. Tokoh2 Islam yg luar biasa lahir di luar Arab Saudi. Saya jadi ngerti sekarang...

    BalasHapus