Tugas Individu
SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM
IBNU SINA
Di Susun Oleh :
Umi Mahmudah
NPM. 1111010118
Dosen Pembimbing:
Dr. Jamal Fakhri,
M. Ag
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
RADEN INTAN
LAMPUNG
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
Falsafat sebagai pandangan hidup erat kaitannya dengan nilai tentang
sesuatu dianggap benar. Jika filsafat itu dijadikan pandangan hidup oleh suatu
masyarakat atau bangsa, maka mereka berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan yang nyata. Disini filsafat sebagai pandangan hidup
dipungsikan sebagai tolak ukur bagi nilai-nilai tentang kebeneran yang harus
dicapai.
Untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan
demikian suatu filsafat bagi masyarakat dengan demikian suatu filsafat bagi
masyarakat berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang dicancang.
Salah satu filsuf Afsyana yang terkenal adalah Ibnu Sina. Adapun pemikiran
Ibnu Sina yang banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut
pemikirannya tentang filsafat jiwa, yang selanjutnya akan dibahas rinci didalam
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Sina
Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah atau biasa dikenal dengan nama Ibnu sina lahir dalam
masa kekacauan, ketika Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran dan
negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan Khalifah tersebut mulai
melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri,
sebagai pusat pemerintahan Khalifah Abbasiyah dikuasai oleh golongan Banu
Buwain pada tahun 334H. Dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun
447H. Diantara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah daulat Semani di
Bukhara dan diantara khalifahnya ialah Nuh bin Mansyur. Pada masanya yaitu
tahun 340H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, ibnu
sina dilahirkan dan dibesarkan. Di kota Bukhara dia menghafal Al-Qur’an dan
belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh
tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika, dan ilmu metafisika.
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Sebelum berumur 16 tahun, ia sudah mahir
dalam ilmu kedokteran, sampai-sampai banyak orang yang berdatangan untuk
berguru kepadanya. Ia tidak hanya menguasai teori-teori kedokteran, tetapi juga
melakukan praktek mengobati orang-orang sakit. Ia tidak pernah bosan membaca
buku-buku filsafat. Dan setiap kali
menghadapi kesulitan, ia langsung memohon pada Tuhan untuk diberi petunjuk.
Ternyata permohonannyaitu tidak pernah dikecewakan.sering-sering ia tertidur
karena kepayahan membaca.
Ketika ia mencapai usia 17 tahun, Nuh bin Mansyur, penguasa daerah Bukhara,
menderita sakit keras yangtidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masanya.
Akan tetapi, setelah Ibnu Sina mengobatinya, sembuhlah dia. Sejak itu Ibnu Sina
mendapat sambutan yang baik sekali. Sejak itu pula ia mengunjungi perpustakaan
yang penuh dengan buku-buku yang sukar didapat yang kemudian dibacanya denngan
penuh keasyikan. Karena suatu hal, perpustakaan itu terbakar. Maka tuduhan
orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja membakarnya agar orang lain tidak
bias lagi mengambil manfaat perpustakaan itu.
Pada usia 22 tahun ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Kemudian ia
meninggalakan Bukhara menuju Jurjan suatu kota dekat Laut Kaspia dan disanalah
ia mulai menulis ensiklopediannya tentang ilmu kedokteran (Al-Qanun Fi al-Tibb)
tetapi ia tidak lama tinggal di sana karenakekacauan politik. Sesudah itu ia
berpindah-pindah dari satu negri ke negri lain dan akhirnya sampai di Hamadsan.
Oleh penguasa negeri ini Syamsuddaulah, ia diangkat menjadi menterinyabeberapa
kali setelah ia dapat mengobati penyakit yang dideritanya, meskipun pada masa
tersebut ia pernah pula dipenjarakan. Sesudah itu ia pergi ke Isfaha dan dari
penguasa negeri ini ia mendapat sambutan baik serta berkali-kali diajak
bepergian dan berperang.
Selama hidupnya Ibnu Sina penuh dengan bekerja dan mengarang, penuh pula
dengan kesenangan dan kesulitan dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan
ia tertimpa penykit dingin (cooling) yang tidak dapat diobati lagi. Pada tahun
428 H (1037 M) ia meninggal dunia di Hamadzan dalam usia 58 tahun.
B. Riwayat Pendidikan Ibnu Sina
Nama lengakpnya adalah Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah. Panggilan
Sina di ambilkan dari tanah kelahirannya, yaituAfs hana. Ibn Sina seorang
intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia dilahirkan pada tahun
370 H. bertepatan dengan tahun 980., diAfs hana, yaitu suatu daerah yang
terdapat di dekat Bukhara, dikawasan asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah
dari Balk, suatu kota yang termasyhur dikalangan orang-orang Yunani,
dengan nama Bakhtra yang mengadung arti cemerlang.
Ibnu Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun di
kota kelahirannya, Bukhara. Ilmu yang pertama kali ia pelajari adalah
membaca al-Quran. Setelah itu melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama
Islam seperti Tafsir, Fiqih, Ushuluddin dan lain-lain. Berkat ketekunan
dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal al-Quran dan menguasai berbagai
Ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun. Sejarah mencatat
sejumlah guru yang pernah mendidik Ibn Sina. Di antaranya Mahmud al-Massah
yang
dikenal sebagai ahli matematika dan menganjur ajaran Isma’iliah dari
India. Kemudian terdapat pula nama Abu Muhammad Ismail Bin al-Husyaini
yang dikenal sebagai az-Zahid dan termasur sebagai ahli fiqih bermadzhab
Hanafi di Bukhara pada saat itu. Selanjutnya ia belajar ilmu kedokteran
dengan cara
otodidak, hingga ia menjadi seorang dokter yang termasyhur di zamannya. Hal
ini didukung oleh kesungguhannya melakukan penelitian dan praktek
pengobatan.
.
C. Karya Ibnu Sina
a. Al-Qanun fi al-Tibb. Buku ini terdiri dari tiga jilid pernah menjadi satu-satunya
rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang Al-Qanun
fi al-Tibb. Buku ini terdiri dari tiga jilid pernah menjadi satu-satunya
rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang 1 lima
Abad. Buku berisi tentang cara-cara pengobatan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh air dan tanah.
b.
An-Najah As-syifa’
buku ini berisi tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya dan keterangannya sangat luas cakupannya, maka banyak bermuncukan nama terjemah yang dilakukan para ahli terhadap karya Ibn Sina dalaam bidang filsafat ini.
c. Fi Aqsam al-‘Ulum al-‘Aqliyah buku ini membahas tentang masalah fisika
D. Filsafat Jiwa
1. Kejiwaan dalam Qur’an dan Hadis
Islam sebagai agama yang dating untuk membangun jia dari tidurnya serta
membersihkannya pula, tidak mungkin akan meremehkan jiwa dan mengingkarinya.
Kalau kita teliti qur’an dab hadis sebagai sunber agama islam, terlihat oleh
kita bahwa kedua sumber itu berkali-kali menyinggung soal jiwa.
Dalam qur’an disebutkan bahwa jiwa atau roh menjadi sumber hidup dan
diambil dari tuhan (Ash-Shad : 71-72)
Tuhan terhadap makluk-Nya. Oleh karena itu, apabila manusia tidak bis
mengetahui hakikatnya, tidaknlah perlu mengherankan keinginan-keinginan jiwa,
di samping memuji “jiwa penegur” yang tidak sukakepada perbuatan-perbuatan
rendahkemudian quran menyebutkan bahwa jiwa manusia bertingkat-tingkat. Yang
tertinggi di antaranya ialah “jiwa yang tenang”, dan tempat kembali semua jiwa
adalah tuhan (Az-zumar : 42)
Dalam hadis juga ada yang menyebutnyebut asal atau sumber wujud badan
antara lain “roh-roh itu bagaikan tentara yang banyak, yang saling berkenalan
dan bergabung, dan yang tidak saling mengenal dab sesudah mati antara lain
sikapnya terhadap pertanyaan dua malaikat dan adanya siksa atau pahala kubur
yang dirasakanya, saling berunjung oleh roh-roh yang telah meninggal, dan
kesenagan yang diperolehnya ketika dikunjungi (kuburnya) oleh orang yang msih
hidup.
Kalau ayat qur’an dan hadis pada masa pertama islam diartikan menurut
lahirnya, maka tidak lama kemudian ayat-ayat itu telah membuka pintu perebatan
dn pembahasan yang banyak terutama sesudah pikiran-pikiran luar
islam masuk kedalam ajaran-ajaran islam.
2. Kejiwaan dalam pandangan tokoh-tokoh Yunani
Filsuf-filsuf Yunani yang telah membicarakan tentang jiwa yang menyebabkan
timbulnya bermacam-macam aliran dan pendapat.
·
Golongan
materialime mengatakan bahwa jiwa tidk lain hanya jiw (badan), dan tidak ada
sifat-sifat khusunya padanya.
·
Golongan
spiritualisme menganggap bahwa jiwa tidak berasal dari alam kebendaan tetapi
dari alam ketuhanan dan mempunyai kekuatan ketuhannan-rohani yang turun kebawah
dan dari alam yang tinggi.
·
Ada yang
berpendapat tengah-tengah dan menganggap jiwa sebagai campuran antara badan
dengan roh, atau terhadap yang panas sperti yang dikatakan oleh kaum Stoa, tau
jia itu gambaran badan seperti pendapat Aristoteles dang pengikut-pengikutnya.
3. Kejiwaan Pada Ulama-Ulama Kalam
Golongan teologi islam dan orang-orang sufi bisa dianggap sebagai orang
yang pertama-tama memprluas tentang pembahsan jiwa meskipun kadang-kadang
terdapat keganjilan-keganjilan dan perlawanan did lamnya. Mereka berusaha untuk
menguraikan hakikat jiwa serta macam-macamnya dan menetapkan kebaruan serta
kemakhlukanya sebelum berpisah dari badan.
Abil Huzi Al-Allaf Pembina teori dalam islam, mengatakan bahwa jiwa menjadi ardl bacaan,
sedangkan ardl pernah tinggal dalam dua aman. Jadi diroh
manusia terus menerus dan berganti keadaan berubah jiwa.
4. Kejiwaan pada Golongan Tasawuf
Golongan tasawuf dengan tegas mengatakan bahwa adanya
kerohanian jiwa dan keabadiannya., sebab menurut mereka, jiwa itu jauhar (benda
rohani) yang diambil dari Tuhan. Dan salah satu gambaran-Nya ada pada
makhluk-Nya,serta cahaya-Nya pada hamba-hamaba-Nya. Karena jiwa berasal dari
alam atas, maka ia slemanya ingin pulang ke tempat asalnya, tempat kebersihan
dan kesucian semat-mata, akan tetapi kepulnagn ini tidak bisa terjadin karena
terhalang oleh keburukan dan kotoran-kotoran badan..
Golongan tasawuf mempunyai pengalaman-pengalam yang
dapat membuka bebrapa segi jiwaan, sperti rindu, cinta, kesenangan, dan
kesedihan. Pembahsan-pembahsan mereka tentang ahwal (status
keadaan) dan maqamat (kedudukan) sangat erat
hubunganya dengan ilmu jiwa sentiment atau “ilmu tentang hati” (ilmu al-qulub).
Bahkan diantara pembahsan-pemnbahasan itu ada yang telah mendahului dan lebih
maju dari pada pembahsan modern, sedangkan alat mereka hanyalah “perenungan”
semata-mata pengakuan adanya jiwa merupakan suatu keharusan segi tasawuf,
dan tidak aka nada artinya dan hasilnya tanpa mengakui kerohanian dan keabadiannya.
5. Kejiwaan pada Ibnu Sina
Ibnu sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku
yang khusus untuk soal-soal kewijaan ataupun buku-buku yang berisi campuran
berbagai persoalan filsafat.
Memang tidak sukar untuk mencari unsur-unsur pikiran
yang membentuk teorinya tentang jiwa, seperti fikiran Aristoteles, galius, atau Plotinus, terutama fikiran-fikiran
Aristoteles yang banyak dijadikan sumber berfikiranya. Namun, hal itu tidak
berate bahwaibnu sina tidak mempunyai kepribadian sendiri yang berbeda dengan
fikiran-pikiran sebelumnya, baik dalam segi peembahsan fisika maupun segi
metafisika. Dalam segi fisika, ia banyak memakai metode eksperimen dan banyak
terpengaruh oleh pembahsan lapangan kedokteran. Dalam segi metafisika tedapat
kedalaman dan pembaharuan yang menyebabkan ia mendekati
pendapat filsuf-filsuf modern. Segi metafisiska ini pula yang kebih menonjol
dalam pembahsan-pembahasan kejiwaanya.
Pengaruh ibnu sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada
dunia pikir Arab sejak abad ke-10M sampai akhir abad ke-19 M,
maupun pada filsafat skolastik Yahudi dan Masehi terutama pada Gundissalinus,
Albert The Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan
pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
Lapangan kejiwaan Ibnu sina lebih banyak menarik perhatian
pembahsan-pembahasan masa modern dari pada segi-segi filsafatnya, antara lain
berupa penerbitan buku-buku karanganya dan kupasan-kupasan tinjauan tehadap pandangan-pandangan
Ibnu Sina tentang jiwa.
E. Falsafah Wahyu dan Nabi
Sebagai dilihat diatas akal, diantaranya dalah akal materil adakalanya
tuhan menganugrahkan kepada manusia akal materil yang besar lagi kuat, yang
oleh ibnu sina diberi nama al-hadis yaitu intuisi. Daya yang ada pada materil
serupa ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui pelatihan dengan mudah dapat
berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu
dari Tuhan . akal yang serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal
tertinggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat pada nabi-nabi.
F. Falsafah Wujud
Bagi Ibnu sina wujudlah yang
terpentin dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun
esensi sendiri. Esensi, dalam faham ibnu sina terdapat dalam akal, sedang wujud
terdapat diluar akal. Wujud lah yang membuat setiap esensi yang dalam akal
mempunyai kenyataan diluar akal. Tanpa wujud, esensi tidak besar baginya oleh
sebab itu wujud lebih penting dari esensi. Tidak mengherankan bila dikatakan
bahwa ibnu sina telah terlebih dahulu menimbulkan filsafah wujudiah atau existentialism dari
filosof-filosof lain.
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN
IBNU SINA
A. Tujuan pendidikan
Menurut Ibnu Sina bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pembenahan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangannya
yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti dan selain
itu juga harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian
yang implikasinya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan petensi yan
dimilikinya.
pembenahan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangannya
yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti dan selain
itu juga harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian
yang implikasinya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan petensi yan
dimilikinya.
B. Kurikulum
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat
perkembangan usia anak didik. Untuk usia 3 sampai 5 tahun menurut Ibn Sina
perlu diberikan mata pelajaran oleh raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara
dan
kesenian.
Pelajaran olah raga atau gerak badan tersebut diarahkan untuk membina
kesempurnaan pertumbuhan fisik si anak dan berfungsinya organ tubuh secara
optimal. Sedangkan pelajaran budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak
agar memiliki kebiasaan sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Selanjutnya pendidikan kebersihan diarahkan agar si anak memiliki kebiasaan
mencintai kebersihan dan dengan pendidikan seni suara dan kesenian di arahkan
agar si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai serta meningkatkan
daya khayalnya.
Untuk anak usia
6-14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran
membaca dan
menghafal al-Quran, pelajaran agama, pelajaran syair dan olah raga.
Pelajaran membaca dan menghafal al-Quran menurut Ibn Sina berguna di
samping untuk mendukung pelaksanan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat
al-Quran, fiqih, tauhid, akhlak dan pelajaran agama lainnya yang bersumber
utama adalah al-Quran.
Untuk usia 14 ke atas, mereka diberi mata pelajaran yang harus diberikan
kepada anak usia 14 tahun ke atas berbeda dengan mata pelajaran yang harus
diberikan kepada anak usia sebelum 14 tahun. Diantara mata pelajaran yang
tersebut dibagi ke dalam mata pelajaran teoritis dan praktis. Mata pelajaran
tentang teoritis diantaranya ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan
perubahan,
wujud dan hancur, kedokteran, astrologi, kimia dan fisika. Sedangkan untuk
materi praktis adalah ilmu akhlak yang mengkaji tentang cara-cara pengurusan
tingkahlaku seseorang, ilmu pengurusan rumah tangga, yaitu ilmu yang mengkaji
hubungan antara suami dan istri, anak-anak, pengaturan keuangan dalam
kehidupan rumah tangga.
Dari uraian di atas, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan Ibn
Sina memiliki tiga ciri.Per tam a, konsep kurikulum Ibn Sina tidak hanya
terbatas
pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan
penjelasan tentang tujuan dari mata pelajran tersebut, dan kapan mata pelajaran
itu
harus diajarkan. Selain itu Ibn Sina juga sangat mempertimbangkan aspek
psikologis, yakni minat dan bakat para siswa dalam mementukan keahlian yang
akan dipilihnya.Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang ditawarkan
Ibn Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis-fungsional,
yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajarai
dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar (Marketing Oriented).
Dengan cara demikian, setiap lulusan pendidikan akan siap difungsikan dalam
berbagai lapangan pekerjaan yang ada di masyarakat.Ketiga, strategi
pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh penglaman
yang terdapat dalam dirinya. Pengalaman pribadinya dalam mempelajrai berbagai ilmu
dan keterampilan ia coba tuangkan dalam konsep kurikulum
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ibnu Sina lahir di Afsyana, suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara di
tahun 980 M.
Ibnu Sina tidak pernah mengalami kemenangan dalam hidupnya, dan usainya pun
tidaak panjang. Meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik, ia berhasil
pula mengarang buku.
Pemikiran terpenting yang dihasilkan ibnu sina ialah falsafahnya tentang
jiwa yang diantaranya :
1. Kejiwaan dalam Qur’an dan hadis
2. Kejiawan dalam pandangan tokoh-tokoh yunani
3. Kejiwaan pada ulama-ulama kalam
4. Kejiwaan pada golongan tasawuf
5. Kejiwaan pada Ibnu Sina
Selanjutnya ada pula falsafat lain selain falsafat jiwa, yakni falsafat
wahyu dan nabi dan falsafat wujud.
DATAR PUSTAKA
Poerwatana, A.
Ahmadi, M. Arosali. 1994.Seluk Beluk Filsafat. Bandung: PT
Remaja
Rosdakarya.
Nasuhan, Harun. 1973. Filsafat dan
Mesistisme dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Jalaluddin. Said, Usman.
1994. Filsafah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
sya pikir dulu, Ibnu Sina ini asal Arab Saudi. Ga abis pikir kelakuan bangsa arab saudi yg aneh dan malas sampai sekarang, kok bisa melahirkan org seperti Ibnu Sina??... ternyata beliau lahir di Persia Asia Tengah..., artinya kebudayaan Islan dan ilmunya yg luar biasa itu bukan dari Arab saudi. Tokoh2 Islam yg luar biasa lahir di luar Arab Saudi. Saya jadi ngerti sekarang...
BalasHapus