Copyright © Pendidikan Islam
Design by Dzignine
Kamis, 13 Juni 2013

Teladan Nabi dalam Mendidik Kesehatan Anak

Tugas Kelompok 16

HADITS TARBAWI
TELADAN NABI DALAM MENDIDIK
KESEHATAN ANAK



Disusun oleh :
Umi Mahmudah                      :  1111010118
Wahyu Eko Saputro                :  1111010001

Dosen Pembimbing:
Dr. Akmansyah, MA







FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LAMPUNG
Tahun Akademik 2011/2012



A.  PENDAHULUAN

Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
                Dalam makalah ini terdapat beberapa teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara mendidik kesehatan anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Lewat makalah ini kami akan memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik kesehatan anak ala Rasullulah SAW.


B.  PEMBAHASAN

1.      OLAHRAGA RENANG, MEMANAH, BERKUDA, GULAT, DAN LARI.

Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang & memanah (Riwayat Sahih Bukhari/Muslim)
Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda). (Riwayat Muslim)

a)   Olahraga Renang
            Manusia ditakdirkan untuk hidup di darat. Tapi manusia juga harus mampu bertahan di air. Kemampuan dasar untuk bertahan di air adalah dengan berenang. Ada baiknya anak diajari berenang sejak dini untuk menghindari bahaya tenggelam. Sebab anak-anak suka sekali bermain di air tanpa mengetahui bahayanya.
Semasa berenang, mental, semua otot & tulang rangka digerakkan untuk membuat satu gerakan yang berkoordinasi antara dua anggota kaki & dua anggota tangan, selain meransang stamina, berenang juga mengajarkan manusia untuk berani terhadap air.[1]
Rasulullah pun pernah berkata melalui haditsnya tentang olahraga renang,
عن بكر بن عبد الله بن ربيع الأنصاري ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلِّمُوا أَبْنَاءَكُمْ السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ، وَنِعْمَ لَهْوُ المُؤْمِنَةِ فِي بَيْتِهَا المِغْزلِ، وَإِذَا دَعَاكَ أَبَوَاكَ فَأَجِبْ أُمَّكَ
أخرجه ابن منده وأبو موسى.
Artinya:
dari Bakar bin Abdillah bin Rabi’ al-anshari berkata :berkata Rasulullah SAW. “Ajarilah anak anakmu berenang dan melempar lembing, termasuk juga perempuan perempuan di rumahnya menenun, dan apabila kedua orangtuamu memanggil maka utamakan ibumu”.

b)    Olahraga Panah
           
            Melatih emosi & pikiran untuk meletakkan target pada sasaran. Memanah sangat menitikberatkan body balancing. Maka jika si pemanah emosinya tertekan atau tak terkendali, maka panahan jadi mudah tersasar. Secara tidak langsung, gerakan ini melatih manusia untuk tenang dalam menstabilkan emosi. Individu yang tidak tenang, gopoh, pemarah, kurang sabar atau kurang sehat mentalnya tidak akan menjadi pemanah yang baik.

Rasulullah pun pernah berkata melalui haditsnya tentang olahraga panah,
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ : صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِى صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِىَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ وَارْمُوا وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا لَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ : تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْىَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ تَرَكَهَا ». أَوْ قَالَ : « كَفَرَهَا ».
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT akan memasukan tiga kelompok ke dalam Sorga karena sebab panah satu, yaitu pembuat panah yang mengharapkan kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan naikilah (kuda) kalian semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada naik kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal; Seorang yang mengajari kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya, barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia tinggalkan’ atau Nabi berkata ‘yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Daud)

عَنْ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِىَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ تَعَلَّمَ الرَّمْىَ ثُمَّ تَرَكَهُ فَقَدْ عَصَانِى

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Barang siapa belajar memanah kemudian meninggalkannya, maka dia telah menyakitiku” (HR. Ibnu Majah)
c)    Olahraga Berkuda
Berkuda amat baik untuk kesehatan manusia. Seluruh anggota tubuh badan dari kepala hingga ke kaki, dari fisik hingga mental akan mendapat manfaatnya. Bentuk lekuk badan belakang kuda - tempat ditunggang sangat baik untuk merawat segala masalah tulang belakang manusia.
            Cara kuda melompat & berlari, menyebabkan vetebra tulang belakang manusia bergeser antara satu sama lain sehingga meransang saraf-saraf tulang belakang, seolah seperti diurut. Bahkan pakar chiropraktik pun tidak mampu membuat tiruan gerakan natural tulang-tulang veterbra semasa orang menunggang kuda. Seluruh anggota : tulang rangka, otot-otot, organ-organ viseral, sistem saraf, sistem voluntary maupun involuntary, akan teransang secara optimal. Penunggang kuda yang hebat biasanya bebas dari sakit pinggang & tulang belakang.

d)   Olahraga Bergulat
            Rasulullah s.a.w. pernah gulat dengan seorang laki-laki yang terkenal kuatnya, namanya Rukanah. Permainan ini dilakukan beberapa kali. (Riwayat Abu Daud).
Dalam satu riwayat dikatakan:
"Sesungguhnya Rasulullah saw gulat dengan Rukanah yang terkenal kuatnya itu, kemudian ia berkata: domba lawan domba. Kemudian Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya. untuk lain kali lagi, lantas Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya, lantas Nabi bergulat untuk ketiga kalinya. Lantas seorang laki-laki itu bertanya: Apa yang harus saya katakan kepada keluargaku? Nabi menjawab: Katakan "domba telah dimakan oleh serigala, dan larilah domba." Kemudian apa pula yang aku katakan untuk yang ketiga? Nabi menjawab: Kami tidak dapat mengalahkan kamu untuk bergulat dengan kamu dan untuk mengalahkan kamu, karena itu ambillah hadiahmu."
Dari hadis ini ahli-ahli fiqih beristimbat hukum tentang dibenarkannya pertandingan lari cepat, baik dia itu dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki atau antara laki-laki dengan perempuan mahramnya atau dengan isteri-isterinya.
Dari hadis-hadis itu pula ulama fiqih berpendapat bahwa pertandingan lari cepat, gulat dan sebagainya tidak menghilangkan kekhusyukan, kehormatan, pengetahuan, keutamaan dan lanjutnya umur. Sebab Rasulullah saw sendiri waktu bergulat dengan Aisyah sudah berumur di atas 50 tahun.
2.    Membiasakan Bersiwak

Rasulullah saw, bersabda : " Siwak mensucikan mulut dan disukai Allah" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Setelah Bangun dari tidurnya, Rasulullah selalu bersiwak, baik itu pagi, ataupun siang hari. Beliau juga menganjurkan kepada umatnya untuk selalu bersiwak. Beliau bersabda;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : { لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ } أَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ . وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ.
 
Dari Zaid bin Khalid al-Juhanni, beliau berkata “saya mendengar Rasulullah saw, berkata: “ jika saja tidak memberatkan umatku maka sungguh akan ku perintah mereka untuk bersyiwak setiap akan mendirikan shalat.” (HR: Malik, Ahmad dan An-Nasa’i. Ibnu Khuzaimah menshahihkannya)
Rahasia yang tersirat di dalam perintah menggosok gigi sewaktu akan melakukan sholat itu ialah bahwa kita diperintahkan pada setiap saat mendekatkan diri kepada Alloh , untuk selalu dalam keadaan kebersihan dan kesucian yang sempurna, demi kemuliaan ibadah. Ada yang mengatakan : Bahwa perintah itu bertalian dengan Alloh Yang Maha Kuasa itu dan Alloh itu meletakkan mulutnya pada mulut orang yang membaca ayat-ayatnya dalam sholat itu dan tidak senang dengan bau busuk mulut. Lalu disunnatkan menggosok gigi itu, karenanya itu merupakan cara yang baik.[2]

   Rasulullah menganjurkan bersiwak setiap saat, karena memang banyak manfaat yang terkandung di dalamnya bagi mulut dan gigi. Manfaat-manfaat tersebut adalah : 
a)      Membunuh kuman. Riset membuktikan bahwa dengan bersiwak dapat menghilangkan sedikitnya 5 macam penyakit yang disebabkan oleh kuman yang terdapat pada mulut. Salah satunya seperti bakteri Streptococcus yang menyebabkan demam rematik.
b)      Dapat mengangkat sisa-sisa makanan dan warna kuning pada gigi, sehingga gigi terlihat putih bersinar.
c)      Membersihkan mulut dari kuman-kuman dan mengobati luka dan peradangan gusi.
d)     Mencegah pertumbuhan kuman dengan menambah kadar asam pada mulut.
e)      Mengangkat plak-plak pada gigi, sebelum merusak jaringan.
f)       Mencegah penyakit mulut, gigi, dan gusi.
g)      Terbukti efektif mengurangi kadar gula dan mempunyai efek anti kanker.[3]
3.      Memotong Kuku, Makan dan Minum
a.    Memotong Kuku
Rasulullah jika menggunting kuku, beliau akan menggunting jari tangannya dengan urutan jari telunjuk – jari tengah – jari manis – jari kelingking – ibu jari.
1. Telunjuk, mengarahkan kita pada suatu tindakan instruksi dan instruksi itu akan keluar dari seorang pemimpin. Ada 2 unsur pemimpin yang baik yaitu yang adil dan punya visi. Ingatlah hadits Nabi bahwa Setiap dari kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban dengan apa yang kita pimipin.”
2. Jari tengah, merupakan jari yang ukurannya paling tinggi. Setinggi-tingginya seorang pemimpin, yang paling tinggi adalah ulama’. Ulama’ yang dimaksud disini adalah ulama yang wara’ atau hidupnya tidak berorientasi pada dunia.
3. Jari manis, menjadi tempat diletakkannya cincin pernikahan. Oleh karena itu, jari manis selalu didambakan setiap orang khususnya diharapkan oleh kelompok anak-anak muda.
4. Jari kelingking, jari yang ukurannya paling kecil dan sedikit lemah. Namun kelingking dapat dianalogikan sebagai ibu (ummahat). Beliaulah yang membesarkan tiga pilar lain di atas. Sehebat apapun pemimpin, senergik apapun pemuda, sepintar apapun ulama, ummahatlah yang pastinya melahirkan mereka
5. Ibu jari, jari yang ukuran lebarnya biasanya paling gemuk/besar. Pilar kelima inilah yang paling banyak secara kuantitas, yaitu ummat. Akan tetapi ummat tidak akan menjadi ummat yg ”jempol” jika ke-empat pilar ini tidak ”benar”. [4]
b.      Makan  dan Minum
Hendaklah anak-anak diajari sedini mungkin untuk senantiasa berdoa sebelum makan, dengan membaca bismillah, sehingga diharapkan anak akan terbiasa memulai melakukan sesuatu pekerjaan dengan selalu melafalkan nama Allah. Sebagaimana nukilan hadits Nabi:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَالْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تَعَالَى, فَإْنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللِه تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْبَقُلْ بِسْمِ اللهِ فِى أَوَّلِهِ وَ آخِرِهِ
( رواه أبو داود و الترمذي )
“Apabila kalian Makan, maka hendaklah menyebut nama Allah, dan apabila ia lupa menybut nama Allah pada awalnya, maka hendaklah ia mengucapkan “Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu ( HR. Abu Dawud dan Turmidzi )
Namun tentunya membaca basmalahnya janganlah di dalam hati karna petunjuknya kita disuruh melafadzkannya, jadi minimal didengar oleh telinga kita sendiri, namun ada juga yang menyarankan agar diucapkan lebih keras sebagai pengajaran bagi orang lain yang makan disekitar kita.
Selanjutnya anak-anakdiajari untuk senantiasa makan dengan tangan kanan. Hadits Nabi SAW, "Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan tangan kiri." (HR Muslim) dari Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya." (HR Muslim). Namun demikian perintah untuk makan dengan tangan kanan tidaklah mutlak dilakukan, bila keberadaan tangan kanan dalam keadaan darurat, tidak berfungsi sebagaimana mestinya diakibatkan sakit,  buntung dan udzur.
Adapun etika selanjutnya yang patut untuk kita ketahui dan amalkan, yakni kita patut untuk mengecilkan suapan mulut kita. Setelah itu kita dianjurkan mengunyah makanan dengan baik, kemudian makan dan minumlah dari makanan yang paling dekat dengan posisi kita dan tidak makan dari tengah piring. Hal ini berdasarkan dari hadits yang juga diriwayatkan oleh Muttafaq ‘Alaih. Dimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Umar bin Salamah, “Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (maksudnya dari yang pinggir).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Etika makan dan minum tidak lepas dari kajian para ulama yang semuanya bersumber dari Rasulullah saw, yang di antara lain adalah larangan meniup makanan dan minuman. Dari redaksi di atas, dipahami bahwa nabi melarang meniup makanan dan minuman. Konteks larangan meniup dimaksudkan pada saat makanan dan minuman tersebut dalam keadaan panas.
               Kemungkinan-kemungkinan dilarangnya meniup tersebut, adalah supaya kita diajarkan untuk tidak terburu-buru dalam melaksanakan makan dan minum. Yang sebaliknya untuk di anjurkan menunggu sampai makanan dan minuman tersebut dingin, hangat dan nyaman untuk dikunyah. Sebuah hadits dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi saw melarang untuk mengambil nafas da meniup makanan dan minuman” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).


4.   Tidur Cara Rasulullah
Tidur adalah salah satu kebutuhan terpenting bagi tubuh dan jiwa kita, sekaligus merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak ternilai. Sayangnya tidak semua orang mengerti bagaimana cara tidur yang berkualitas tinggi seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Berikut ini adalah tips singkat mengenai bagaimana cara beliau ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, semoga bisa kita ikuti
Ketika akan tidur:
  1. Berwudhu-lah seperti wudhu ketika akan sholat
  2. Bacalah do’a sebelum tidur, “Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa“, yang artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup”
  3. Bacalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas dalam posisi berbaring. Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah membaca ketiga surat tersebut setelah mengumpulkan kedua telapak tangannya dan meniupnya. Kemudian setelah selesai membaca, beliau mengusapkan kedua tangannya 3x ke seluruh badan yang mampu diusap, dengan dimulai dari kepala, muka, dan bagian depan badannya
  4. Berbaringlah dengan memiringkan tubuh ke arah kanan
  5. Letakkan tangan kanan di bawah pipi sebelah kanan
  6. Tidurlah dengan tenang dan damai
Ketika bangun tidur:
  1. Berdoalah dengan doa yang beliau ajarkan ini: “Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali”
  2. Usaplah bekas tidur dari wajah dengan tangan
  3. Hiruplah air ke dalam hidung lalu keluarkan (semburkan) kembali. Ini disebut beristinsyaq dan beristintsaar
  4. Sikat gigi (bersiwak)
Mencuci tangan setelah tidur

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال : إذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ مَاءً , ثُمَّ لِيَنْتَثِرْ , وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ , وَإِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَغْسِلْ يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا فِي الإِنَاءِ ثَلاثاً ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ .
[وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ : فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمِنْخَرَيْهِ مِنَ الْمَاءِ ]
[وَفِي لَفْظٍ : مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْشِقْ ]

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda;
Apabila seseorang dari kalian berwudlu, hendaklah memasukkan air ke dalam hidungnya, kemudian menyemburkannya. Dan barangsiapa beristijmar, hendaklah mengganjilkan. Dan jika seseorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaklah mencuci kedua (telapak) tangannya sebelum memasukkannya ke dalam bejana, tiga kali, maka sesungguh-nya seseorang dari kalian tidak mengetahui ke mana tangannya bermalam.(HR. al-Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)
Di riwayat Muslim menggunakan lafal, “maka hendaklah memasukkan air ke dalam kedua (lobang) hidungnya.
Di dalam riwayat yang lain dengan lafal, “barangsiapa berwudlu hendaklah beristinsaq (memasukkan air ke hidung).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ فِى الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah ia membenamkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya waktu tidur itu berada.” (HR. Imam Muslim)
Lafazh Abu Daudv
إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نُوْمَةٍِ فَلاَ يُدْخِلْ يَدَهُ فِي اْلإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثَا، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِيْ أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
"Jika salah seorang kalian bangun dari tidurnya, maka jangan (langsung) memasukkan tangannya ke dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali, karena salah seorang kalian tidak tahu di mana tangannya bermalam." (HR. At-Tarmidzi)

5.      Belajar Pengobatan Alami





6.      Tidur Awal Bangun Pagi-Pagi





7.      Menghindari Penyakit Menular
Sunnah Rasulullah saw membawa dasar-dasar pencegahan lain yang menjamin perlindungan dari berbagai macam penyakit. Perilaku ini diawali dengan menghindari aneka maksiat.
Sunnah telah meletakkan dasar-dasar pemeliharaan kesehatan dan memerintahkan orang sehat untuk tidak melakukan kontak dengan orang-orang yang terjangkit penyakit menular. Tetapi ingat, kita tidak boleh melakukan kontak fisik hanya untuk orang yang terkena penyakit menular, jika penyakit yang diderita tidak menular, kita tetap dipebolehkan untuk melakukan kontak fisik.

Rasulullah bersabda, "Hindari orang yang menderita penyakit lepra, seperti engkau lari dari macan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim ; lih. Ziyadah al-Jami'i al-shaghir.

Rasulullah saw. ditanya tentang mengonsumsi obat, " Apakah itu termasuk menolak takdir Allah?". Rasulullah saw. menjawab, " Itu ( justru) termasuk takdir Allah."
(H.R. At-Turmudzi; lih. al-Mubarakfuri, Tuhfat al-ahwadzi.)

Dalam sejarah islam, diceritakan bahwa Umar bin Khatab ra  pergi ke Syam. Di tengah jalan ia ditemui penduduk Ajnad (Abu Ubaidah dan kawan-kawannya). Mereka memberitahu bahwa wabah sedang terjadi di Syam. Umar berseru, "Pagi ini juga saya akan pulang kembali. Lakukan hal yang sama oleh kalian!" Abu-UbaidahIbn Al-Jarrah berkata, "Apakah kita lari dari takdir Allah?". Umar menimpali, "Andai saja bukan kamu yang mengatakan itu wahai Abu Ubaydah. Ya kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain. Jika engkau punya unta, lalu ia turun ke lembah yang memiliki dua batas: salah satunya subur dan lainnya gersang, bukankah jikalau engkau mengembalanya di tempat subur itu, itu atas takdir Allah, dan begitu juga bila engkau mengembalakannya di tempat gersang?!" Tak lama kemudian, datanglah Abdurrahman ibn A
uf yang keluar sejenak dari rombongan untuk beberapa keperluan . Ia berkata, "Tentang hal ini aku tahu. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘ Jika kalian mendengar wabah penyakit sedang menjangkiti suatu daerah, jangan kalian memasukinya. Apabila kalian sudah terlanjur memasukinya, janganlah kalian keluar dari daerah itu!"' Umar Bin Khatab kemudian mengucap hamdallah, lalu bergegas pergi. ( H.R Muslim dengan penjelasan al-Nawawi)
Ketika rombongan dari Tsaqif datang untuk berbaiat kepada Nabi saw. kemudian mengirimkan tulisan kepadanya: "Kami telah menerima baiatmu, maka pulanglah." (H.R Muslim, Al-Nasai, dan Ibnu Majah.[5]








C.     KESIMPULAN

Rasulullah SAW menganjurkan agar anak-anak diajari beberapa hal yaitu, berenang, berkuda dan memanah. Dalam hadistnya, beliau bersabda “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang & memanah” (Riwayat Sahih Bukhari/Muslim). Berikutnya Rasulullah saw jjuga menganjurkan untuk bersiwak, dalam haditsnya yang berbunyi "Siwak mensucikan mulut dan disukai Allah" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Setelah Bangun dari tidurnya, Rasulullah selalu bersiwak, baik itu pagi, ataupun siang hari. Adapun etika selanjutnya yang patut untuk kita amalkan adalah cara beliau jika menggunting kuku, beliau akan menggunting jari tangannya dengan urutan jari telunjuk – jari tengah – jari manis – jari kelingking – ibu jari.
Dalam etika makan dan minum, Rasulullah saw memberikan teladan untuk mempergunakan tangan kanan daripada tangan kiri, "Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya." (HR Muslim).
Sunnah Rasulullah saw membawa dasar-dasar pencegahan yang menjamin perlindungan kesehatan anak dari berbagai macam penyakit. Perilaku ini diawali dengan menghindari aneka maksiat. Sunnah telah meletakkan dasar-dasar pemeliharaan kesehatan dan memerintahkan orang sehat untuk tidak melakukan kontak dengan orang-orang yang terjangkit penyakit menular, sesuai dalam hadits beliau, "Hindari orang yang menderita penyakit lepra, seperti engkau lari dari macan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).












DAFTAR PUSTAKA


[1] http://novirita.blogspot.com/2009/03/ ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html

[3] Islamic Medicine by Yusuf al-Hajj Ahmad

[5] http://turunanilmu.blogspot.com/2010/11/dasar-dasar-pencegahan-penyakit-bagi.html

0 komentar:

Posting Komentar